AKU TAK MAU JADI IBUK-IBUK
- dina s
- Jul 29, 2018
- 2 min read
"Menjadi ibuk-ibuk adalah hal yang menakutkan menurut sebagian orang, termasuk aku."

Pikiran ini yang hampir selalu terlintas di benakku setiap kali menjumpai para ibuk-ibuk di realita kehidupan. Banyak hal yang tak aku sukai dari keseharian para ibuk di Indonesia. Keseharian yang mungkin menurut para ibuk adalah hal biasa, tapi menurutku sangat sangat menjengkelkan. Kebiasaan pertama dari para ibuk ialah 'suka berkeluh a.k.a tidak sabaran'. Contohnya ketika aku pergi ke tempat makan, beberapa kali aku mendengar ibuk-ibuk berkesal ria di tempat duduknya. Menanyakan pesanan kapan diantar, padahal baru saja selesai dipesan haha. Mengomentari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin katanya. Tak lupa juga mereka mengomentari bentuk ataupun rasanya saat itu juga. Sebenarnya wajar saja mereka mengomentari kekurangan makanan tersebut. Mungkin mereka memang lebih tahu tentang masak-memasak yang baik. Tetapi alangkah lebih baik jika para ibuk itu tidak mengomentari saat kegiatan santap-menyantap berlangsung. Karena, komentar-komentar seperti itu hanya akan menurunkan 'mood' penyantap yang lain.
Yang juga menjadi ciri khas mamak-mamak jaman sekarang adalah rumpi 'no secret'. Seperti yang kita ketahui mungkin memang kodratnya wanita suka berbicara, tapi jangan sampai ghibah apalagi fitnah teman sendiri #ntms. Tak jarang juga aku mendengar para mamak ini membicarakan tetangganya masing-masing. Lalu, mereka auto-sirik, sepertinya para emak-emak ini memiliki tagline 'ga sirik ga asik' wkwk.
Tradisi para emak di jalan raya adalah rahasia umum yang memang tak bisa dipungkiri. Dengan menghidupkan lampu 'sign' kanan tapi ia berbelok kiri atau sebaliknya sudah pasti memicu banyak emosi. Pasalnya tidak hanya perihal lampu 'sign', jarang menggunakan helm juga menjadi tradisi mamak-mamak di jalanan. Tidak memakai helm karena takut rambutnya berantakan adalah alasan yang sangat-sangat menjengkelkan. Karena yang terancam keselamatannya bukan hanya si ibuk, tapi pengendara lainnya juga terancam. Tapi, apalah daya jika sudah berhadapan dengan mamak-mamak galak. Ngalah aja deh.
Terkadang di dalam hati aku bertanya, apakah nanti aku juga akan seperti itu pas jadi ibuk-ibuk? Ini pertanyaan yang membuatku sedikit tertampar. Jika kita saja sering jengkel dengan kebiasaan-kebiasaan di atas, bagaimana mungkin kebiasaan-kebiasaan tersebut kita lestarikan bersama. Maka tugas kita adalah menghapuskan 'judgement' terhadap ibuk-ibuk itu nanti kalau sudah besar. Hehehe.
"Maka tugas kita adalah menghapuskan 'judgement' terhadap ibuk-ibuk itu nanti kalau sudah besar.”