sink and drown and die
- dina s
- Feb 2, 2024
- 4 min read
Updated: Feb 19, 2024
this is my personal journey going through my biggest heartbreak. dont feel sorry for me please, because i am genuinely okay right now.
[hari ke-1]
hari ini berawal dengan baik. tidak terlalu ceria. namun energi yang tersimpan, sangat cukup untuk memulai hari dengan mindful.
rencananya, hari ini akan saya habiskan dengan membaca buku atau menata ulang goals saya kedepan. tetapi, setelah memasuki tengah hari, saya memutuskan untuk mengubah haluan, yakni me-recall apa yang terjadi pada hidup saya akhir-akhir ini. saya sebenarnya tidak ada niatan untuk mendramatisir atau meromantisasi patah hati. namun, saya menimbang bahwa ada baiknya jika perasaan-perasaan tersebut saya selesaikan dahulu. agar di kemudian hari, saya tidak lagi tersandung oleh persoalan layaknya labirin ini.
menjelang maghrib, tidak tahu mengapa, setiap merasa sedih atau hampa, saya selalu berusaha pergi ke masjid. bukan berarti di kamar saya tidak bisa ibadah, bukan. tapi, karena menurut saya 'feel' dan 'ambience' masjid itu berbeda. saya merasa seakan-akan seperti mendatangi-Nya secara langsung (literally).
dan ketika mulai sholat, saya merasa dada saya sesak sekali. seperti ingin menangis kejar dan mengadu, tapi saya malu dilihat orang lain. akhirnya tangis itu tetap tumpah begitu saja. ia diiringi dengan rasa mengutuki diri sendiri dalam hati. ia juga dibarengi dengan pemikiran yang sungguh abstrak bentuknya.
malam harinya, saya masih menangis. tangisan saya tidak se-kuat yang sebelum-sebelumnya. ruang pikir saya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan klise, "mengapa kisah cinta saya tidak pernah se-beruntung orang lain?".
[hari ke-2]
memasuki hari kedua. rasanya saya berekspektasi, bahwa kesedihan itu sudah berkurang atau bahkan menghilang hari ini. ternyata saya keliru. pukul 11 siang hari, tiba-tiba saya dihantui perasaan 'sesak' itu lagi. saya kembali menangis, persis seperti hari sebelumnya.
kali ini, pikiran saya terfokus pada ketidakadilan 'takdir'. betapa pahitnya pil yang harus saya telan, saya menggumam. satu-satunya manusia yang saya anggap 'api kembar' saya di dunia ini, ternyata tidak merasakan hal yang sama.
berpikir bahwa hanya dia seorang yang dapat mengerti saya, sungguh menyesakkan dada. karena sebentar lagi, dia akan menjadi milik wanita lain sepenuhnya. dan sampai kapanpun, saya tidak akan bisa berbuat apa-apa.
[hari ke-3]
i think everything get easier this time. hari ini tidak ada rasa galau, sesak, dan penyesalan. hari ini dipenuhi dengan canda tawa.
akhirnya saya dapat bertemu teman lama saya. teman yang mengenal saya sejak masa sma. kepada dirinya lah saya menceritakan semua yang saya rasakan dalam beberapa tahun terakhir. dan ekspresi yang dia berikan bukanlah ekspresi yang bisa saya tebak sebelumnya. karena saat saya menyebutkan nama laki-laki yang saya idamkan, teman saya hanya tertawa kecil. karena dia sama sekali tidak menyangka bahwa saya bisa jatuh cinta kepada pria tersebut. saya pun hanya tersenyum tipis. karena sejatinya, saya juga tidak tahu mengapa saya bisa seperti ini.
setelah bercerita kepada teman, saya merasa sangat lega. karena itu adalah pertanda, bahwa saya sudah tidak (terlalu) menginginkan laki-laki tersebut. sebab, saya memiliki prinsip yang sedikit aneh. yakni saya pantang untuk menceritakan seseorang yang saya sukai kepada siapapun, kecuali jika saya sudah tidak memiliki perasaan tersebut. hal ini saya anggap sebagai upaya preventif terhadap kejadian-kejadian yang tidak saya inginkan di hidup saya. mungkin bagi sebagian orang, prinsip ini terdengar nonsense. tapi bagi saya, prinsip ini terbukti ampuh untuk menghalau tsunami patah hati di kemudian hari.
[hari ke-4]
hari ini saya berkegiatan seperti biasanya. dan menurut saya, hari ke 4 ini terasa cukup nyaman. sepanjang hari ini, tidak ada satu tetes pun air mata saya yang berguguran. sepertinya saya sudah mulai memasuki babak baru, yaitu acceptance.
terhitung sejak hari ini, saya sudah menerima takdir di hadapan saya. saya juga tidak lagi mempertanyakan perihal keadilan, jodoh dan suratan takdir.
agaknya pertemuan saya dengan teman lama kemarin, banyak membantu pemulihan saya. pasalnya, saya baru saja tersadar bahwa laki-laki yang saya incar tersebut tidak masuk dalam list pria idaman saya sejak dahulu. tawa teman saya kemarin membuat saya berpikir ulang tentang apa yang saya cari di kehidupan ini.
saat ini, saya sudah menyadari bahwa semua yang terjadi, hanyalah sebuah fase belaka. satu atau dua bulan kedepan, saya pasti akan melewati fase-fase lainnya. dan saya selalu mengingatkan kepada diri saya, bahwa semua fase ini adalah hal yang normal. semua manusia pun pasti pernah mengalami hal yang serupa dengan saya. jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
[hari ke-5]
tadi sore, saya pergi ke warung kelontong dekat tempat saya tinggal. lalu secara tidak sengaja, saya samar-samar mendengar ceramah seorang ustadzah dari masjid di dekat sana.
beliau membicarakan perkara takdir. ia juga berkata bahwasannya semua yang terjadi di dunia ini, pasti sudah sesuai dengan kehendak Allah. bahkan sehelai daun yang gugur pun, sudah Allah tentukan takdirnya.
hari ini saya sudah tidak merasakan sedih seperti kemarin. saya sudah menerima semuanya.
bahkan alasan air mata saya jatuh di hari ini pun, sudah bukan laki-laki tersebut. alasan tersebut sudah berganti menjadi hal-hal yang lainnya.
[hari ke-6]
i started the day with doing some sports. not really. i only did walk thousands of steps today. and i did feel so much happier than yesterday.
i cleaned every inches of my room and made sure there is nothing left about him. i did not think about him actually, i am just joking around.
there is nothing about him today. and im pretty sure i am closer to the closure of this story. it is an end of a chapter, isnt it?
[hari ke-7]
hari ini adalah hari yang kita semua tunggu. hari dimana ia akan resmi bersanding dengan wanita selain saya.
dan saya tidak menyangka bahwa saya baik baik saja. saya bahkan merasa lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
good for you, good for me, good for us.
[epilogue]
maybe someday you'll know, these tears were for you. and i do know that your tears were for me too. maybe you never felt so sure about me. cause i never felt sure about you too. i know love is never enough to be the only reason to fight for each other. it needs something greater, something more important than that. the faith. and you dont felt that on me, i understand. and i am the only one to blame.
if i did something different,
are we gonna end up together?
if i did something different,
would you still choose me?
its not 'i thought i nearly lost you' anymore. but, i thought i already lost you completely. after everything i said, dont mind my feeling. because since the day he loses me, all of my feeling are already sink, drowned and died instantly.
a fictional story about strangers, written somewhere & sometime in 2023.
